Pages

Rabu, 09 Maret 2011

Matematika Untuk Balita

Mengenalkan matematika pada balita dapat dimulai dengan cara yang paling sederhana. Mereka diajak berhitung mulai berbagai mainan. Misalnya dengan menghitung kaos kaki.
Ajak balita anada mengumpulkan kaos kaki orang serumah yang selesai dijemur. Tunjukkan bahwa setiap kaos kaki memiliki pasangan. Biarkan anak memilih kaos kaki yang sesuai dengan pasanganya. Itu adalah pengenalan konsep persamaan dan perbedaan.

Kaos kaki yang dikumpulkan juga harus dipilih berdasarkan ukuran. Kaos kaki beasar milik ayah, kaus kaki panjang milik kakak, dan kaus kaki kecil miliknya. Anak dapat mengukur dan membedakan langsung. Itu pengenalan ukuran dengan cara yang paling sederhana. Setelah kaus kaki disimpul anak diajak berhitung berapa kaus kaki milik ayah? Berapa kaos kaki milik kakak ? Mana yang lebih banyak ? Hemmm belajar berhitung sudah dilakukan dengan gembira. Kaus kaki merah milik siapa ? Kaus kaki Hitam milik siapa ?  Pengenalan warnapun terjadi.

Setiap kali anak selesai melakukan satu tahap. Beri pujian supaya dia bersemangat. Sebaliknya ketika anak mulai bosan dan frustasi karena sulit menemukan pasangan kaos kaki yang dicari, alihkan perhatiannya. Biarkan anak melakuan yang bisa dikerjakan dulu. Jangan lupa ucapkan terimakasih karena anak telah membantu membereskan kaus kaki


Permainan lain untuk mengenalkan matematika dengan cara sederhana adalah ketika membagi buah. Gunakakan buah yang bebas dipegang oleh anak, misalnya apel atau jeruk. Hitunglah jumlah apel atau jeruk didepan anak. Ucapkan dengan jelas agar anak mengerti bahwa ibunya telah menghitung jumlah buah. Biarkan anak membagi jeruk atau apel kepada seluruh anggota keluarga. Satu untuk ayah, satu untuk ibu, satu untuk kakak, dan satu untuk dia.

Kadang-kadang orang tua dapat mencoba berbuat salah. Misalnya ketika membagi buah, lewatilah satu orang. Jika anak merespon dan mengoreksi kesalahan itu berarti konsep dasarnya sudah dia miliki. Balita masih belum mengerti konsep pecahan seperti setengah, sepertiga dan sebagainya. Mereka hanya tahu membagi kue sama banyak.
Meskipun ingin mengajari matematika dengan lebih intensif, jangan sekali-kali memaksa anak. Biarkan anak mencoba sendiri dengan gembira.

2 komentar: